Selasa, 03 Agustus 2010

Musik Liturgi

Pengantar
Sebuah pepatah Latin mengatakan, bene cantat bis orat yang artinya bernyanyi dengan baik sama dengan dua kali berdoa. Ungkapan ini tidak berarti ingin mengesampingkan peran doa dalam hidup beriman kita. Sebenarnya ungkapan ini hanya ingin menekankan betapa pentingnya peran nyanyian itu dalam kehidupan kerohanian kita. Bernyanyi dengan baik merupakan salah satu cara untuk bisa sampai pada Tuhan.
Ungkapan di atas memang akan sangat subjektif dan akan sangat berbeda seorang dengan orang lain. Mungkin ada orang yang akan lebih senang berdoa daripada bernyanyi, karena mungkin suaranya yang kurang mendukung. Ada juga karena memang orang tersebut adalah orang yang lebih meditatif, karena itu ia lebih memilih untuk berdiam diri di hadapan Tuhan. Tetapi memang ada juga orang yang akan sangat terbantu dengan bernyanyi ataupun mendengarkan lagu-lagu instrumen.
Memang antara kedua hal itu sulit untuk didamaikan, apakah bene cantat bis orat atau bene orat bis cantat. Tidak masalah kita akan setuju dengan alasan pertama atau pun alasan kedua. Namun dalam makalah ini, pemakalah akan lebih membahas ungkapan yang pertama ini. Semoga dapat bermanfaat bagi kita semua.
Namun sebelum masuk pada isi makalah, ada baiknya jika istilah nyanyian ini diklralifikasi terlebih dahulu. Istilah nyanyian yang dimaksud oleh penulis, bukan hanya benyanyi, mengeluarkan suara, tetapi juga pihak-pihak yang terkait dalam terwujudnya nyanyian itu yakni pemusik dan dirigen. Juga harus diketahui bahwa nyanyian yang dimaksud adalah nyanyian liturgi bukan nyanyian rohani, pop ataupun jenis musik yang lainnya. Istilah yang akan sering digunakan oleh penulis Musik Liturgi.

Pegertian Musik Liturgi
Istilah musik liturgi sebenarnya terdiri atas dua kata pokok yakni musik dan liturgi. Istilah “musik” berasal dari kata Yunani mousike. Kata mousike diambil dari nama dewa mitologi Yunani kuno, Mousa. Dewa Mousa adalah seorang dewa yang memimpin seni dan ilmu. Meskipun asal kata “musik” berasal dari bahasa Yunani, namun istilah musik dalam bahasa Indonesia tidak langsung diambil dari kata Yunani itu, melainkan dari kata Belanda: muziek. Musik adalah sebuah cetusan ekspresi perasaan atau pikiran yang dikeluarkan secara teratur dalam bentuk bunyi . Sedangkan kata “liturgi” berasal dari bahasa Yunani, leitourgia yang berarti ‘kerja’ atau ‘pelayanan yang dibaktikan bagi kepentingan bangsa’. Dalam perkembangan selanjutnya istilah Liturgi dipahami sebagai upacara atau ibadat publik Gereja. Namun jika bertolak dari KV II, istilah Liturgi dapat dirumuskan sebagai perayaan misteri karya keselamatan Allah dalam Kristus, yang dilaksanakan oleh Yesus Kristus, Sang Imam Agung, bersama GerejaNya di dalam ikatan Roh Kudus . Pada dasarnya yang dimaksud dengan musik liturgi adalah segala jenis musik yang diciptakan dan diperuntukkan bagi kegiatan berliturgi . Musik liturgi mencakup kelompok koor, dirigen, pemusik, dan nyanyian.
Perlu diketahui bahwa musik liturgi tidak sama dengan musik rohani . Musik rohani merupakan musik yang diciptakan untuk kegiatan-kegiatan keagamaan, misalnya sebagai lagu hiburan rohani dan dipakai di luar ibadat atau perayaan-perayaan liturgis. Misalnya dinyanyikan saat pendalaman Kitab Suci, ziarah, doa bersama, kemping rohani, rekoleksi, pertemuan mudika, pentas di panggung dan lain-lain.

Peranan Musik dalam Liturgi
Pada hakikatnya manusia tidak bisa terlepas dari musik. Musik dapat dikatakan sebagai bagian dari hidup manusia. Musik dapat menjadi hiburan, selingan, pengiring, juga sebagai ekspresi jiwa dan pemberi daya kekuatan dan jiwa kehidupan. Di mana-mana kita dapat menjumpai musik, misalnya di rumah, kantor, mobil, cafe, mall, asrama, juga di Gereja. Jenis musiknya pun berbeda-beda, ada klasik, pop, jazz, rock, dangdut, dan juga musik-musik tradisional. Jika dilihat dari sejarahnya pun kita dapat mengetahui bahwa musik sebenarnya sudah ada sejak zaman purba. Memang pada saat itu masih dalam bentuk sederhana yakni dengan anggota tubuh, misalnya mulut, hentakan kaki, tepuk tangan dan lain-lain. Dari kenyataan ini, dapat disimpulkan bahwa peran musik itu sangat penting bagi hidup manusia.
Gereja sebagai bagian dari masyarakat luas juga sudah sejak semula tidak pernah melepaskan diri dari musik. Hal itu sangat jelas termuat dalam KV II, khususnya pada bagian SC (Sacrosanctum Concilium). Dalam SC itu dikatakan bahwa musik merupakan bagian dari liturgi itu sendiri yang penting dan integral . Jadi musik itu bukan hanya sekedar pelengkap atau sebagai tambahan saja. Musik bukan sekedar baju atau pakaian luar, tetapi termasuk bagian dari badan atau tubuh itu sendiri .
Betapa pentingnya peran musik dalam liturgi, maka sebaiknya para petugas liturgi menyadari hal ini. Mereka seharusnya sadar bahwa tugas mereka sebenarnya sangatlah luhur, yakni untuk menghantar umat untuk dapat bertemu dan memuliakan serta menguduskan nama Tuhan. Tugas ini sebenarnya tidak bisa dipandang enteng. Oleh karena itu para petugas seharusnya jauh hari sebelumnya telah mempersiapkan diri.
Namun dalam prakteknya, kadang-kadang muncul beberapa kendala. Misalnya semakin berkurangnya orang yang bersedia untuk menjadi petugas liturgi sehingga para petugas hanya berpusat pada orang-orang tertentu saja. Kendala lain adalah banyak orang yang memandang enteng tugas ini, karena itu mereka tidak mempersiapkan diri sebaik-baiknya. Karena kurang persiapan, maka lagu-lagu yang dipilih hanya itu-itu saja. Tetapi juga ada yang menggunakan lagu baru, tetapi karena kurang dipersiapkan dengan baik, maka tidak dapat dibawakan dengan baik oleh dirigen, umat, maupun organis. Masalah-masalah semacam ini seharusnya tidak akan muncul jika kita kembali pada hakikat dan peran musik liturgi itu sendiri.

Beberapa Catatan untuk Petuga Liturgi
 Dirigen
Dirigen adalah seorang pemimpin nyanyian. Ia bertangung jawab terhadap koor atau paduan suara juga kadang-kadang memimpin nyanyian umat. Oleh karena itu, dirigen yang baik adalah dirigen yang menguasai musik, tempo, dan nyanyian yang dibawakannya, bahkan bila perlu ia harus menghafalnya. Dalam penampilannya sebaiknya ia jangan berlebihan, sehingga tidak memalingkan konsentrasi umat. Sebelum memulai sebuah perayaan, baik perayaan sabda maupun Ekaristi, sebaiknya dirigen mengkomunikasikan lagu yang akan dibawakannya dengan pemimpin ibadat dan para petugas lainnya, yakni pemusik dan pemazmur.
 Pemusik
Pemusik adalah orang yang mengiringi nyanyian, entah koor atau nyanyian umat dengan alat musik tertentu. Alat musik yang paling umum dalam liturgi adalah organ. Hal yang harus selalu diingat oleh pemusik adalah bahwa tugasnya yang utama adalah membantu umat untuk bisa sampai pada Tuhan. Karena itu seharusnya jauh hari sebelumnya ia sudah menyiapkan diri dengan sebaik-baiknya. Selain untuk mengiringi nyanyian, seorang organis juga harus peka melihat saat-saat kosong dalam sebuah perayaan dan mengisinya dengan memainkan musik-musik yang dapat membantu penghayatan umat. Misalnya pada waktu menjelang ibadat dimulai (tetapi ingat, saat ini bukan berarti waktu latihan), saat persiapan persembahan, waktu komuni ketika tidak ada nyanyian komuni, bisa juga saat hening setelah komuni, dan akhirnya mengiringi umat keluar meninggalkan gereja.
Hal-hal teknis juga hendaknya diperhatikan oleh pemusik. Misalnya untuk alat musik organ, seorang organis tidak boleh mengabaikan register, volume, tempo, nada dasar, intro dan coda, serta komunikasi dengan dirigen dan memimpin ibadat. Juga yang paling penting adalah kesiapan mental. Mengingat bahwa tugas para petugas liturgi sangatlah penting maka hal-hal teknis semacam ini jangan pernah diabaikan.
 Nyanyian / Lagu
Dalam sebuah ibadat sangat penting juga diperhatikan tentang pemilihan lagu yang tepat. Yang dimaksud adalah lagu yang sesuai dengan tema perayaan yang sedang berlangsung. Pemilihan lagu ini biasanya merupakan tugas dirigen. Untuk memudahkan para dirigen, Tim PML melalui majalah Warta Musik telah menyediakan usulan-usulan lagu yang dianggap cocok dalam sebuah perayaan. Pemilihan lagu itu juga dapat dilakukan sendiri. Adapun hal-hal yang harus diperhatikan dalam memilih lagu liturgi adalah :
 Bacalah bacaan Injil, bacaan pertama, bacaan kedua dan mazmur tanggapan secara berulang-ulang dan renungkanlah intinya.
 Pilihlah lagu pembuka, persiapan persembahan, madah syukur, dan lagu penutup sesuai dengan isi Injil, bacaan pertama, bacaan kedua dan mazmur tanggapan. Kalau sulit menemukan empat nyanyian yang sesuai, maka sekurang-kurannya pilihlah lagu pembuka dan penutup yang sesuai dengan bacaan. Ingat, pemilihan lagu janganlah terikat pada pengelompokan dalam Madah Bakti, Puji Syukur atau buku lagu yang lain.
 Dalam masa-masa khusus (misalnya Prapaskah, Paskah, dan lain-lain), lagu boleh diambil dari lagu umum atau masa biasa asal syairnya sesuai dengan bacaan yang digunakan.
 Kalau bukan perayaan ekaristi, atau ibadat untuk menghormati Maria, lagu Maria sebaiknya jangan digunakan, karena tema lagu harus senantiasa sesuai dengan tema ibadat yand sedang berlangsung.
 Dalam memilih lagu untuk perayaan ekaristi, sebaiknya diperhatikan juga antifon-antifon yang digunakan dalam buku Misale (antifon pembuka dan komuni).
 Setelah memilih lagu yang sesuai, hendaknya lagu-lagu itu ditulis dan dikomunikasikan atau dikonsultasikan dengan imam yang akan memimpin ekaristi dan jauh hari sebelumnya, supaya jika ada perubahan, masih sempat dilatih.
Dari semua itu, hal yang haru diperhatikan oleh semua petugas liturg adalah komunikasi. Banyak kekacauan terjadi dalam sebuah perayaan liturgi disebabkan karena adanya miskomunikasi. Oleh karena itu komunikasi sangatlah penting. Juga tidak boleh dilupakan adalah persiapan. Janganlah pernah memandang remeh tugas para petugas liturgi. Persipkanlah diri sebelum melaksanakan tugas.
Penutup
Penghayatan terhadap sebuah perayaan akan sangat banyak dipengaruhi oleh para petugasnya. Petugas liturgi yang menjalankan tugasnya dengan baik akan sangat membantu umat dalam sebuah perayaan. Demikian juga sebaliknya, mereka menjalankan tugasnya dengan asal-asalan, akan sangat mengganggu bahkan meghalangi umat dalam beribadat. Bertolak dari tugas utama petugas liturgi yakni untuk menghantar umat dalam misteri karya keselamatan Allah, maka hendaknya para petugas liturgi melaksanakan tugasnya ini dengan sebaik-baiknya.
Tidak dapat dipungkiri bahwa banyak orang yang memandang remeh tugas ini. Karena itu tidak melakukan persiapan, atau bahkan tidak ingin menjadi pelayan liturgi. Pemahaman ini sungguh tidak benar. Petugas litrugi mempunyai tugas yang sangat penting dalam sebuah perayaan.
Akhirnya pada bagian penutup ini penulis mengajak kita semua untuk mengamati keadaan para petugas liturgi kita saat ini. Apakah mereka sudah sunggu menjalankan tugasnya dengan baik dan telah menghantar umat untuk bisa merayakan karya keselamatan Allah melalui sebuah perayaan? Juga amatilah apa yang menjadi kendala para petugas liturgi dewasa ini? Dan setelah itu, kira-kira apa langkah konkrit yang dapat dilakukan? Selamat berdiskusi, semoga makalah singkat ini dapat membantu kita semua.

Daftar Pustaka
Dokumen Konsili Vatikan II.
Iwan M.,
1997, “Musik”, Ensiklopedi Musik, II (M-Z), Delta Pamungkas, Jakarta.
Majalah Warta Musik
Martasujidta, E.,
1999, Pengantar Liturgi: Makna, Sejarah, dan Teologi Liturgi, Kanisius, Yoyakarta.
Martasujidta, E. –Kristanto, J.,
2007, Paduan Memilih Nyanyian Liturgi, Kanisius, Yogyakrta.
Prier, Karl-Edmund.,
1998, Musik Liturgi Zaman Sekarang, PML, Yogyakarta.

Tidak ada komentar: