Minggu, 30 Agustus 2009

renungan

Kamis Putih

 

Ibu, bapa, sdr(i) dan rekan muda serta adik-adik yang terkasih, sugeng daluh, berkah dalem. Sebelum saya memulai renugan saya, saya ingin memperkenalkan diri terlebih dahulu, karena pasti banyak di antara kita yang belum mengenal saya. Nama saya, Fr. Cornelius Timang. Biasa dipanggil Fr. Kornel. Saya adalah calon imam praja, KAMS. Asal saya dari Solo..(Solowesi). Sekarang tinggal di Anging Mammiri Jakal Km. 7,4.

Ibu, bapa, sdr(i) dan rekan muda serta adik-adik yang terkasih, apakah ada di antara kita yang hadir di sini yang telah mengetahui hari kematiaanya? Unjuk jari…yang belum juga… Karena belum ada yang mengetahui hari kematiannya, maka kita berandai-andai saja. Seandainya pada saat ini, Tuhan langsung datang pada kita dan segera mengatakan bahwa besok tepat jam 3 soreh kita akan mati. Kira-kira apa yang akan kita buat. Tanya beberapa orang..

Suatu hari ada seorang pria mendatangi seorang guru yang bijaksana, "guru, saya sudah bosan hidup. Saya benar-benar sudah jenuh dengan hidup ini. Rumah tangga saya berantakan. Usaha saya kacau. Istri saya sakit-sakitan. Apapun yang saya lakukan pasti tidak berhasil. Saya ingin mati". Sang guru hanya tersenyum, "oh, kamu sakit ya..?" Tidak, saya tidak sakit. Saya sehat kok. Hanya saya jenuh dengan kehidupan ini. itulah sebabnya saya ingin mati".

"Oooo…itu berarti kamu sakit. Penyakitmu itu namanya, 'Alergi Hidup'. Ya kamu alergi terhadap kehidupan. Memang penyakit itu sedang mewabah sekarang. Banyak orang yang kini alergi terhadap hidup. Karena itu mereka hidup ogah-ogahan, bekerja tetapi selalu tidak berhasil, berdoa tapi tidak dikabulkan. Makanya tidak heran jika banyak orang yang sakit". Kata sang Guru sambil terbatuk-batuk.

"Ya namanya usaha pasti ada pasang-surutnya. Dalam berumah tangga berantakan-berantakan kecil itu memang wajar dan lumrah. Persahabatan pun tidak selalu langgeng, tidak abadi. Apa sih yang langgeng, yang abadi dalam hidup ini? Kamu tidak menyadari sifat kehidupan ini. Biasanya, kita ingin mempertahankan suatu keadaan, tetapi kemudian kita gagal, lalu kecewa dan menderita" lanjutnya. Penyakitmu itu bisa disembuhkan, asal kamu ingin sembuh dan bersedia mengikuti petunjukku" demikian kata Sang Guru dengan serius sambil mengangkat-angkat telunjuk jarinya. "Tidak. Tidak guru. Saya betul-betul jenuh. Saya tidak ingin hidup lagi". Pria itu menolak tawaran sang guru. "Jadi kamu tidak ingin sembuh? Kamu benar-benar ingin mati?" kata sang guru dengan nada meninggi. Dengan mantap pemuda itu menjawab, "Ya, memang saya sudah bosan hidup. Saya ingin mati"

"OK. Baiklah. Besok kamu akan mati. Ambillah botol ini. Setengah botol diminum malam ini. setengah botol besok jam 6, dan jam 8 engkau akan mati dengan tenang" Giliran dia yang menjadi bingung. 'Aneh.., setiap orang yang saya datangi selama ini selalu berupaya memberikan semangat untuk hidup. Tapi orang ini aneh. Ia bahkan menawarkan racun. Tapi karena saya sudah benar-benar jenuh dengan hidup ini. Ya saya akan menerimanya", kata pemuda itu dalam hati. Ia pun segera mengambil botol itu dan segera pulang.

Malam itu ia segera meminum setengah botol yang disebut "obat" itu. Tetapi memang ia benar-benar merasa tenang. Ia tidak pernah merasakan ketenangan seperti ini. Ia merasa begitu rileks dan begitu santai. Tinggal 1 malam, 1 hari, dan ia akan mati. Ia akan terbebaskan dari segala macam masalah. Malam itu, ia memutuskan untuk makan malam bersama keluarganya di restoran paling terkenal. Hal ini adalah sesuatu yang sudah lama ia tidak pernah lakukan selama beberapa tahun terakhir ini karena ia terlalu sibuk. Pikir-pikir, malam itu, ia ingin meninggalkan kenangan manis. Sambil makan ia bersenda-gurau. Suasana sangat santai. Sebelum tidur ia mendekati istrinya dan menciumnya…ummma…, sambil berbisik, "sayang aku mencintaimu". Karena malam itu adalah malam terakhir, ia ingin meniggalkan kenangan manis! Keesokan harinya setelah bangun, ia membuka jendela kamarnya dan melihat ke luar. Tiupan angin pagi itu menyengarkan tubuhnya. Dan ia tergoda untuk melakukan lari pagi. Setengah jam kemudian, ia menemukan istrinya masih tertidur. Tanpa membangunkannya, ia masuk dapur dan membuat 2 gelas kopi. Satu untuknya dan satu lagi untuk istrinya. Kerena pagi itu adalah pagi terakhir, ia ingin meninggalkan kenangan manis! Sang istri pun merasa aneh. Lalu ia berkata, "sayang, apa yang terjadi?" "Selama ini mungkin aku salah. Maafkan aku sayang!"

Di kantor ia menyapa setiap orang dan bersalaman degannya. Para stafnya pun bingung. "Hari ini, bos kok aneh?" kata seorang dengan yang lain. Karena hari itu adalah hari terakhir dalam hidupnya, maka ia pun ingin meninggalkan kenangan manis bersama para stafnya. Dengan perbuatannya itu tanpa disadari para stafnya pun berubah menjadi ramah. Segala sesuatu di sekitarnya berubah. Ia pun berubah menjadi orang yang lebih toleran, ramah dan mendengarkan pendapat orang lain. Tiba-tiba hidup menjadi indah. Ia mulai menikmatinya.

Pulang ke rumah, jam 5 soreh, ia menemukan istri tercintanya telah menungguinya di beranda depan. Kali ini justru sang istri yang memberikan ciuman kepadanya, sambil berkata, "sayang, sekali lagi aku minta maaf, kalau selama ini aku selalu merepotkan kamu". Anak-anaknya pun tidak ketinggalan. "Pi, maafkan kami semua. Selama ini papi selalu stress karena perilaku kami". Mereka sekeluarga pun berpelukan.

Kehidupan sang pemuda kembali menjadi indah. Kemudian mengurungkan niatnya untuk bunuh diri. Tetapi  bagaimana dengan obat yang telah ia minum. Ia mendatangi sang guru lagi. Melihat wajah pria itu, sang guru langsung mengetahui apa yang telah terjadi. Belum ia berkata apa-apa, sang guru langsung berkata, "buang saja botol itu. Isinya hanya air biasa. Kamu sudah sembuh.

Ibu bapa dan saudara(i) yang terkasih dalam Yesus Kristus. Hari ini kita memperingati malam Perjamuan Terakhir antara Yesus dengan para muridNya. Hari ini adalah malam perpisahan Yesus dan muridNya. Yesus telah mengetahui bahwa besok ia akan mati. Karena itu ia ingin meniggalkan kenangan terindah dengan para muridnya. Apa yang Yesus lakukan? Ia memanggil murid-muridnya dan mereka melakukan perjamuan bersama. Melakukan perjamuan pada hari sebelum paska ini biasa dilakukan oleh orang pada zaman itu. Sebenarnya ini tidaklah begitu istimewa. Yang istimewa adalah bahwa dalam perjamuan malam itu Yesus menaggalkan jubahNya, lalu mengikatkan sehelai kain pada pinggangnya dan membasuh kaki para muridnya. Membasuh kaki? Ini adalah suatu pekerjaan yang sangat tidak layak dilakukan oleh seorang guru kepada mudridnya. Ini adalah pekerjaan yang seorang hamba pun tidak melakukannya. Membasuh kaki itu adalah pekerjaan yang paling hina. Kaki adalah suatu lambang martabat paling hina. Jadi kalau Yesus membasuh kaki muridNya, berarti Ia sungguh merendahkan diri serendah-rendahnya.

Ibu-bapa saudara(i) dan rekan-rekan muda serta adik-adik yang terkasih. Jika pada bagian awal tadi saya bertanya kepada kita semua bahwa apakah kita mengetahui kapan kita akan mati, ternyata tidak ada yang tahu. Berbeda dengan Yesus. Jauh hari sebelumnya Ia telah mengetahui kapan ia akan mati. Dan bahkan skenario kematiaannya pun sebenarnya Ia sudah tahu. Ia sudah tahu bahwa ia akan dihianati oleh muridnya sendiri, diitolak oleh orang sebangsanya, ditinggal pergi oleh muridNya, disangkal oleh Petrus sampai 3 kali, diserahkan kepada tua-tua dan ahli-ahli taurat, diadili secara tidak adil, disiksa, diolok-olok, diludahi, dan sampai disalibkan. Semua itu sudah diketahuinya sejak awal. Sudah sejak awal Ia juga diberikan kuasa. "Yesus tahu bahwa Bapa telah mempercayakan segala sesuatu kepadaNya". "Segala sesuatu" berarti apa pun yang akan terjadi pada dirinya, bisa saja ia kendalikan. Termasuk matinya secara demikian. Yesus bisa saja menjadi seperti spiderman atau manusia superhero lainnya. Atau bisa juga ia melakukan magic-magic seperti yang dilakukan oleh Limbat dalam The Master itu. Bahkan melebihi semuanya itu. SebeanarnyaYesus PASTI bisa mengatasi semua itu. Lalu menjadi tanda tanya besar bagi kita semua: Mengapa Yesus mempergunakan kekuasaannya itu tetapi justru melakukan semua itu? Jawabannya adalah KASIH atau CINTA

Apa itu cinta? Mudika apa itu cinta? Cinta itu perasaan sayang, suka, tertarik, senang... Katanya katanya Loh, kalau seorang itu jatuh cinta itu, makan tahu bacem pun terasa makan pitzza, ikan teri terasa paha ayam, kalau tidak bertemu sehariii saja, terasa setahun…pokoknya kalau cinta itu sungguh menyenangkan…katanyaa…Seorang yang jatuh cinta itu juga rela mengorbankan segalanya demi dia yang dicintainya itu.

Dulu di seminari ada teman saya yang jatuh cinta pada seorang gadis. Gadis itu adalah anak asrama putri yang berada di dekat seminari itu. Teman saya itu pokoknya rela mengorbankan apapun asalkan di bisa bertemu dengan gadis itu. Pernah dia merelakan potusnya (snack)nya kepada saya hanya karena saya mengatakan bahwa dia akan saya antar untuk menemui pacarnya itu pada hari Minggu asalkan dia memberikan potusnya hari itu. Kalau hari Minggu ia rela meminjam baju teman yang lain hanya karena ia ingin tampil gagah pada saat itu. Tidak lupa minyak rambut dan sedikit parfum.

Ibu-bapa dan saudara-saudara terkasih dalam Yesus Kristus. Cinta itu membutuhkan perngorbanan. Yesus mencintai kita. Justru karena cintanya itulah maka ia rela menghambakan diri dan mengambil rupa seorang hamba, membasuh kaki muridnya, dan bahkan rela mati secara sungguh tidak terhormat. Mati disalib itu adalah suatu cara mati yang paling hina. Seorang yang disalib itu hanyalah seorang penjahat kelas kakap, misalnya pembunuh. Jadi kalau Yesus mati disalib itu bararti Yesus dianggap sebagai penjahat. Padahal kalau dilihat, dosa apa yang dialakukan oleh Yesus? Apakah dia pernah membunuh? Tidak. Sebenarnya Yesus mati itu hanya karena ia dituduh secara tidak adil oleh para tua-tua dan ahli-ahli taurat. Mereka menganggap Yesus sebagai pemberontak. Padahal sebenarnya hanya karena mereka cemburu / iri melihat pamor Yesus semakin naik. Yesus semakin terkenal, pengikutnya semakin banyak. Orang-orang yang selama ini mengikuti mereka sekarang justru ikut Yesus. Maka itu mereka khawatir jangan sampai nanti mereka tidak punya pengikut lagi. Itu berarti kekuasaan dan penghasilan mereka terancam. Sementara Yesus melakukan semua itu hanya untuk menyelamatkan manusia. Bukan untuk mencari pengikut. Atau untuk menjadi terkenal. Kita pun sering demikian. Kita iri hati terhadap keberhasilan orang lain, orang lain dianggap sebagai saingan. Karena itu melakukan segala cara untuk menghambat karier atau keberhasilan orang lain itu.

Ibu-bapa, kaum muda dan adik-adik yang terkasih dalam Yesus Kristus. Dari bacaan yang kita dengarkan hari ini ada beberapa hal yang bisa menjadi bahan permenungan bagi kita, yakni: Yesus sungguh mencintai kita. CintaNya kepada kita itu diberikan secara cuma-cuma. Karena itu kita dituntut untuk juga membagi cinta itu secara cuma-cuma yakni saling melayani, saling membasuh kaki. Dalam melayani jangan tunggu sampai orang lain melayani terlebih dahulu barulah kita melayaninya. Kecenderungan lain adalah bahwa kita kadang menuntut yang lebih muda untuk melayani terlebih dahulu. Yesus mengajarkan kepada kita bahwa sikap pelayanan itu hanya bisa muncul jika kita rela menanggalkan "jubah kita". Menanggalkan status quo kita, menanggalkan jabatan kita, menanggalkan umur kita. Jadi kita diajak untuk mencintai sesama kita karena Tuhan lebih dahulu mencintai kita. Itu yang pertama.

Kedua, cinta kepada sesama itu hanya bisa muncul jika kita telah berhasil mencintai diri kita. Cinta diri di sini tidak berarti egois. Cinta diri yang saya maksud adalah mensyukuri segala karunia yang kita dapatkan dalam hidup kita. Bersyukur atas bentuk fisiknya: hitam, kurus, cantik, gemuk, pendek PEPSI, hidung mancung ke dalam, keriting, dll. Bersyukur atas keluarga, pekerjaan, teman, pasangan hidup, tempat tinggal, dll. Cinta kepada diri akan menghambat terjadinya penyakit "alergi hidup". Hanya orang yang tidak alergi hiduplah yang bisa mencintai orang lain.

Ketiga, mencintai alam. Memang tidak nampak jelas dalam bacaan, namun peran alam dalam hidup kita itu sangat penting. Kita hanya bisa saling mencintai jika tidak terjadi bencana alam, longsor atau banjir.

Dan yang paling penting adalah cinta pada Tuhan. Cinta pada Tuhan itu dapat diwujudkan dalam kerinduan kita untuk selalu bertemu denganNya, entah dalam doa, ibadat bersama, kegiatan-kegiatan lingkungan ataupun kegiatan Gerejani lainnya. Juga dapat dilakukan dengan kerinduan kita untuk berekonsiliasi denganNya melalui sakramen tobat.

Ibu-bapa saudara(i) yang terkasih dalam Yesus, semoga melalui keteladanan Yesus untuk saling mencintai dan mengasihi, kita juga dapat saling mengasihi dalam hidup kita. Mengasihi sesama, mensyukuri karunia Tuhan dalam hidup kita, mencintai alam dan yang paling penting adalah mencintai Dia yang telah mencintai kita secara cuma-cuma.

Kemuliaan, kepada Bapa dan Putera dan Roh Kudus…

 

Jakal, 6 April 2009

 

 


Tidak ada komentar: